Jakarta, HARIANRAKYAT -- PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) melakukan terobosan inovatif dalam perencanaan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), salah satunya dengan pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya dalam mengimplementasikan AI tersebut.
Hal ini sejalan dengan fokus Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, yang menyoroti pentingnya pengembangan AI melalui pembekalan Calon Kabinet yang salah satunya mengangkat Tema Future of Artificial Intelligence di Hambalang pada Kamis (17/10) lalu dengan menggandeng Michael Houston, teknolog dan ilmuwan data terkemuka sebagai narasumber.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan bahwa pemanfaatan AI dalam perencanaan JTTS sudah diterapkan perusahaan sejak tahun 2018 melalui Teknologi Penentuan Trase Jalan Tol secara otomatis pada Rencana Pembangunan Jalan Tol Ruas Pekanbaru - Padang Seksi Pangkalan - Payakumbuh dan Seksi Payakumbuh - Sicincin.
Selain itu, Hutama Karya juga melakukan penerapan AI dalam pemetaan topografi jalan tol yang diambil secara digital menggunakan teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR) sejak awal tahun 2020 pada Rencana Jalan Tol Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau dan Ruas Bengkulu - Lubuk Linggau Seksi Taba Penanjung - Lubuk Linggau.
“Penggunaan AI dalam Perencanaan JTTS terus dilakukan hingga kini ke ruas-ruas baru yang akan digarap oleh Hutama Karya seperti Ruas Dumai-Sp.Sigambal-Rantau Prapat, Rantau Prapat-Kisaran, dan Pelabuhan Panjang - Lematang,” ujar Adjib.
Lebih lanjut Adjib menyampaikan penerapan teknologi AI dalam penentuan trase jalan tol secara otomatis ini menggunakan data masukan berupa desain geometrik jalan, topografi, tata guna lahan, dan biaya. Dari data tersebut kemudian AI melakukan analisis kemungkinan ratusan hingga ribuan kombinasi trase jalan tol dan kemudian menampilkan alternatif trase jalan tol yang terbaik. Implementasi AI ini dilakukan pada tahapan awal sebelum dilakukan kajian kelayakan dimana trase jalan tol belum terdefinisi.
“Sementara pemanfaatan AI teknologi UAV LiDAR, saat ini baru dimiliki dan diimplementasikan oleh Hutama Karya. Teknologi ini dapat memberikan efisiensi yang cukup besar baik dari segi waktu hingga 88% maupun biaya hingga 48% dalam pemetaan JTTS dibanding metode konvensional menggunakan metode terestrial sehingga proses perencanaan jalan tol dapat dilakukanlebih cepat dan efisien dengan tetap mempertahankan kualitas yang ekselen,” ujar Adjib.
Adjib kembali menambahkan, fitur AI pada UAV yang digunakan dapat meningkatkan safety dari pengoperasian UAV. AI memungkinkan UAV melakukan take off, terbang, hover dan landing secara otomatis. Selain itu, UAV juga dapat melakukan pengambilan keputusan jika ditemui bahaya seperti kondisi cuaca yang kurang baik, halangan pada jalur terbang hingga sistem elektronik yang bermasalah.
Total biaya investasi untuk penerapan kedua teknologi ini sebesar Rp20 Miliar, dan untuk memastikan implementasinya berjalan optimal, Hutama Karya menyiapkan program peningkatan SDM yang efektif melalui pelatihan dan pendampingan oleh expert, meningkatkan fasilitas dan kualitas infrastruktur IT yang kompatibel dengan AI, hingga melakukan sosialisasi kepada stakeholder internal dan eksternal, sehingga teknologi ini dapat diterima, menjadi budaya, serta digunakan dalam tahapan perencanaan JTTS.
Selain dua teknologi AI yang telah terlebih dahulu diimplementasikan, saat ini Hutama Karya sedang mengembangkan chatbot pintar yang dapat memberikan informasi teknis perencanaan, seperti data survey investigasi tanah, hidrologi, lalu lintas serta data analisa teknis lainnya.
Chatbot AI ini meningkatkan efisiensi waktu hingga 83% dalam pencarian informasi data karena chatbot menjadi pusat data teknis yang interaktif dan memudahkan engineer dalam mendapatkan data teknis perencanaan dengan cepat dan akurat serta meningkatkan produktivitas.
“Saat ini, chatbot tersebut digunakan untuk mengakses informasi terkait penyelidikan tanah, namun akan diperluas hingga mencakup data dari seluruh ruas jalan tol, baik yang sudah beroperasi maupun yang sedang dibangun. Kedepannya, chatbot ini akan terhubung dengan data lainnya seperti data survei hidrologi, lalu lintas, hingga Detail Engineering Design (DED), serta dapat digunakan untuk melihat historis kerusakan saat jalan tol beroperasi,” tambah Adjib.
Terakhir, Hutama Karya juga sedang membangun sistem manajemen aset jalan tol berbasis AI yang mampu mendeteksi dan menganalisis kerusakan secara otomatis. Sistem ini mengidentifikasi dan mendeteksi hingga analisis kerusakan pada jalan tol.
Kedepannya pengembangan implementasi AI di Hutama Karya akan terbagi dalam tiga fase utama yakni Fase Initiation (2024), Fase Foundation (2025), serta Fase Transformation (2026).
“Keseluruhan transformasi teknologi ini diharapkan dapat mendukung dan mempercepat penyelesaian pembangunan JTTS melalui proses perencanaan yang lebih cepat, lebih tepat, dan lebih efisien, sehingga memitigasi potensi terjadinya perubahan trase dalam proses pembangunan yang akan memperlambat proses penyelesaian JTTS,” tutup Adjib Al Hakim, EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya.