Jakarta, HARIANRAKYAT - Direktur Eksekutif LSI sekaligus pengamat politik Djayadi Hanan menilai sosok Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin belum bisa mengikat para pemilih dari warga Nahdlatul Ulama (NU) bila mencalonkan diri sebagai calon presiden (Capres).
"Untuk itu diperlukan figur yang bisa ikat semua itu [pemilih NU]. Nah Cak Imin dianggap belum mampu mengikat itu. Buktinya elektabilitasnya sampai hari ini masih di bawah seperti kata Mbak Yenny," kata Djayadi dalam diskusi Total Politik dikutip Minggu, 24 Juli 2022.
Djayadi lantas melihat hasil survei menunjukkan elektabilitas Cak Imin sebagai Capres masih minim. Padahal, masyarakat Indonesia yang mengaku sebagai anggota NU aktif dan nonaktif sampai 21 persen. Sementara warga Indonesia yang terafiliasi dengan budaya NU ada sekitar 50 persen.
Sebagai informasi, pelbagai hasil survei menunjukkan elektabilitas Cak Imin masih tergolong rendah. Survei Indikator Politik pada 14-19 April 2022 menunjukkan elektabilitas Cak Imin hanya 0,5 persen. Sementara hasil survei Charta Politika yang digelar 10-17 April 2022 menunjukkan elektabilitas Cak Imin sebesar 1,3 persen.
"Masalahnya adalah siapa sosok atau figur yang paling bisa paling banyak ambil ini? Sementara orang tahu Cak Imin dan Gus Yahya tak harmonis," kata dia.
Djayadi menilai faktor demikian menjadi masalah dalam berkoalisi. Sebab, PKB pasti memiliki ambisi mencalonkan Cak imin sebagai capres ketika berkoalisi. Sementara di sisi lain, Cak Imin dianggap belum bisa mengikat suara warga NU.
"PKB ingin calon yakni Cak Imin. Itu jadi masalah. Katakan lah misalnya salah satu calon PKS ketemu dengan PKB bentuk Semut Merah. Partainya mereka perlu. Tapi apakah mereka setuju Cak Imin jadi calon itu jadi masalah. Karena belum tentu Cak Imin bisa membawa suara NU," kata dia.
Tak berhenti sampai di situ, Djayadi menilai faktor perseteruan antara Cak Imin dan PBNU di bawah Ketum Yahya Cholil Staquf yang terjadi belakangan ini menjadi tantangan tersendiri bagi PKB.
Ia menduga PKB saat ini cenderung tak begitu kuat lagi ketika masih bersama PBNU periode sebelumnya.
"Kita tahu kubu sekarang yang berkuasa di NU itu lebih ke Gus Dur kan, yang jadi saingannya Cak Imin. Jadi isu itu yang buat perseteruan, kan Mbak Yenny terafiliasi Gus Dur dan Cak Imin sebaliknya. Itu jadi ramai lagi isunya," kata dia.