Bogor, HARIANRAKYAT -- Secara alami, susu sapi segar mengandung 88 persen air, dan 12 persen bahan kering, yang terdiri atas: lemak, protein, laktosa/karbohidrat, dan mineral. "Susu sapi segar, terutama yang saat ini mayoritas berasal dari sapi Frisian Holstein (FH), juga susu kambing, dan bahkan ASI (Air Susu Ibu), kandungan utamanya adalah air,” kata Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Epi Taufik di Bogor, Minggu (12/10).
Fakta bahwa kandungan susu segar didominasi oleh air ini kurang dipahami masyarakat. Karena itu muncul berbagai tudingan di media sosial, bahwa susu program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah dimanipulasi, gara-gara pada label susu MBG tercantum kandungan susu 30 persen. Mereka lalu mempertanyakan, mengapa para penerima MBG tidak diberi susu segar saja?.
Padahal, kata Prof Epi, kandungan gizi susu MBG telah diatur mengikuti spesifikasi khusus dari BGN dengan mengikuti Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM. Susu MBG mengacu kepada Peraturan BPOM No. 13/2023 tentang Kategori Pangan terutama pada bagian 01.1.2 tentang Susu Cair Plain lain dalam bentuk Susu Lemak Penuh Rekombinasi. Oleh karena itu Susu MBG berbahan baku susu segar minimum 20 persen, ditambah padatan susu dengan kandungan gizi seperti susu segar. “Kandungan kalsium tidak kurang dari 15 persen daily value, kadar lemak tidak kurang dari 3 persen, kadar protein tidak kurang dari 2,7 persen, dan kadar karbohidrat dan mineral tidak kurang dari 7,8 persen,” ujarnya.
Kendati secara prosentase susu segar dalam komposisi susu MBG minimum 20% Epi memastikan bahwa kadar gizinya tidak berkurang."Jadi, bukan berarti jika susu segarnya 20 persen lalu sisanya semua air,” kata satu-satunya profesor susu di Indonesia itu. Yang penting, menurut dia, kandungan gizi susu MBG (lemak, protein, laktosa/karbohidrat dan mineral) setara dengan susu segar.
Pada awalnya, Presiden Prabowo Subianto meminta agar susu MBG 100 persen berbahan baku susu segar produksi dalam negeri. Namun, sejak 1998 hingga saat ini, produksi susu segar dalam negeri baru mencukupi 20 persen kebutuhan nasional. “Produksi susu segar kita kurang dari 1 juta ton per tahun,” kata Tim Pakar BGN bidang susu ini. “Sehingga untuk menutupi kebutuhan susu regular di dalam negeri sebelum ada MBG saja harus impor 80%. Dengan adanya tambahan kebutuhan susu MGB, maka ketersediaan susu segar dalam negeri semakin berkurang”.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan ketersedian susu segar dalam negeri yang ada saat ini, untuk memenuhi kebutuhan susu regular dan MBG agar tidak meningkatkan impor yang sudah tinggi, ditambah lagi dengan perintah Presiden agar bahan baku MBG wajib menyerap bahan baku lokal, maka kandungan susu segar dalam MBG diawali dengan minimum 20% tetapi dengan kandungan gizi setara susu segar. Kandungan susu segar dalam susu MBG ini akan ditingkatkan secara bertahap mengikuti ketersediaan produksi susu segar dalam negeri yang dihasilkan oleh para peternak sapi perah dalam negeri.