Malang, HARIANRAKYAT -- Tim pengabdian masyarakat dari Program Studi Hubungan Internasional, FISIP-Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan program pengabdian masyarakat bertema “Pendidikan Perdamaian: Mempromosikan Budaya Damai” di SMKN 1 Kepanjen, Kabupaten Malang. Kegiatan dipandu oleh Ibu Dian Mutmainah selaku dosen Program Studi Hubungan Internasional, FISIP-UB, dengan dibantu oleh 5 mahasiswa/i selaku fasilitator. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 34 Siswa/i yang berasal dari kelas X, Jum'at (17/10).
Program ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk membekali generasi muda dengan pemahaman dan keterampilan budaya damai sebagai upaya adaptif dan antisipatif terhadap meluasnya permasalahan serta konflik sosial di kalangan remaja.
Pelaksanaan kegiatan dibagi kedalam tiga sesi utama, yaitu penyampaian materi “Nilai Perdamaian” oleh Ibu Dian dan diikuti oleh pemberian tugas kepada siswa untuk membuat proyek perdamaian berupa mengidentifikasikan dan mengaplikasikan 12 Nilai Perdamaian ke dalam kasus yang dipilih secara berkelompok yang dipresentasikan di akhir kegiatan.
Evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa masing-masing kelompok berhasil mengidentifikasi isu-isu yang tidak hanya relevan dalam kehidupan sehari-hari peserta, namun juga isu nasional. Kelompok 1 mengangkat kasus Demo Kebakaran Aparat di Kota Malang tahun 2025 yang menyoroti pentingnya menghindari tindakan vandalisme dalam demonstrasi dan tindakan kekerasan di kalangan aparat.
Sedangkan kelompok 4 mengangkat kasus Tragedi Kanjuruhan dan menekankan pada upaya untuk mencegah tragedi serupa dengan menumbuhkan nilai empati dan toleransi di kalangan suporter dan nilai tanggung jawab dan kerjasama di antara pihak penyelenggara dan aparat.
Disisi lain kelompok 2 dan 5 menyoroti fenomena yang berangkat dari keresahan dalam kehidupan sosial di lingkungan sekolah seperti perbedaan “geng” atau kelompok di kalangan siswa dan menyoroti pentingnya mengakui kesalahan dan memberi maaf sembari mengesampingkan perbedaan - perbedaan yang ada. Sama seperti kelompok sebelumnya, kelompok 3 mengangkat kasus yang berasal dari kehidupan sehari-hari siswa seperti tidak menerima kekalahan dalam pertandingan sepak bola dan menekankan pentingnya menerima kekalahan dan mencari solusi tanpa kekerasan.
Selain itu selama jalannya kegiatan, tim pengabdian juga memberikan pre-test dan post-test ke para peserta untuk mengukur pemahaman mereka terkait materi yang diberikan. Hasil post-test menunjukkan adanya peningkatan siswa terkait materi yang diberikan, terutama dalam melihat pentingnya menghapus prasangka dalam berdamai dengan diri sendiri dan perbedaan identitas sebagai hambatan utama menuju perdamaian.
Disisi lain para siswa juga semakin memahami pentingnya langkah-langkah menuju harmoni sosial seperti mengakui kesalahan, memaafkan, serta menolak kekerasan.
Dengan demikian pelaksanaan proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif, terutama dalam mempromosikan nilai-nilai perdamaian di kalangan remaja, serta mendorong siswa untuk lebih peka terhadap isu-isu sosial di sekitar mereka.
