Puji Harpa

Bali, HARIANRAKYAT -- Archipelagic and Island States (AIS) Forum, adalah platform kerja sama konkret yang dibentuk untuk mewadahi negara-negara pulau dan kepulauan di seluruh dunia untuk bersama-sama mengatasi tantangan dan permasalahan yang dihadapi, khususnya pada sektor pembangunan kelautan.

AIS Forum merupakan wadah negara-negara pulau dan kepulauan yang terbentuk sejak 2018, melalui Manado Joint Declaration, atas inisiatif Indonesia bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP). Sejak terbentuk empat tahun lalu, AIS Forum rutin menggelar pertemuan Senior Official Meeting (SOM) dan pertemuan Ministerial Meeting (MM) tiap tahun. Forum ini melibatkan partisipasi 51 negara pulau dan kepulauan, tanpa memandang luas wilayah, ukuran, atau tingkat perkembangan.

“Indonesia telah menginisiasi pembentukan AIS Forum sejak 2017. AIS Forum ini dibentuk untuk mendorong kolaborasi antar negara pulau dan kepulauan di seluruh dunia untuk bersama-sama mengatasi tantangan dan permasalahan yang dihadapi, khususnya pada sektor pembangunan kelautan dan mitigasi perubahan iklim serta penanggulangan pencemaran di laut,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Ayodhia G. L. Kalake saat melakukan cek lokasi KTT AIS Forum di Bali pada Jumat (21-7-2023).

Tujuan utama AIS Forum adalah untuk memperkuat kolaborasi dalam mengatasi permasalahan global dengan empat area utama yakni mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, ekonomi biru, penanganan sampah plastik di laut, dan tata kelola maritim yang baik. Hal ini mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim.

"AIS Forum menjadi platform unik yang menghimpun negara-negara pulau dan kepulauan dari berbagai wilayah. Tujuan kami adalah mendorong aksi kolaboratif dan mengatasi tantangan bersama yang dihadapi oleh negara-negara ini dalam mengatasi permasalahan global dengan empat area utama,” ujar dr. Abdul Wahib Situmorang (Ucok), Senior Advisor for Climate and Environmental Governance, AIS Program Manager.

Kedua, AIS Forum berusaha mempromosikan keberlanjutan ekonomi biru. Dalam kerangka ini, forum ini mendorong pemanfaatan potensi ekonomi yang berkelanjutan yang terkait dengan sumber daya kelautan. Beberapa sektor yang menjadi fokus adalah pariwisata, energi terbarukan, akuakultur, dan industri kelautan.

Selanjutnya, AIS Forum bertujuan untuk mengatasi masalah marine plastic debris atau sampah plastik laut. Forum ini berupaya mengurangi dan mencegah polusi plastik di laut dengan menggalang kesadaran, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta mengelola limbah plastik dengan bijaksana.

Terakhir, melalui kerja sama antara negara-negara yang berpartisipasi, AIS Forum bertujuan untuk memperkuat tata kelola laut yang baik, pengelolaan wilayah laut yang berkelanjutan, dan pengelolaan sumber daya kelautan yang adil dan berkelanjutan.

“Melalui AIS Forum, kami bertujuan untuk mempromosikan tindakan konkret, keterlibatan pemuda, dan solusi inovatif guna meningkatkan mata pencaharian komunitas pesisir. Bersama-sama, kita dapat memberikan dampak yang signifikan dan mencapai tujuan global, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030," lanjut Abdul.

Selain empat area kerja sama ini, AIS Forum juga membuka pintu untuk kerja sama dengan platform dan organisasi lainnya guna memperkaya perspektif dan mencapai tujuan global yang lebih luas. Forum ini juga memberikan perhatian khusus pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat pesisir melalui ide, kreativitas, dan solusi inovatif.

“Apabila kerja sama dengan negara AIS berjalan baik, AIS akan menjadi kekuatan tersendiri di kancah dunia, menjadi organisasi multiregional di seluruh samudera. Negara pulau dan kepulauan akan berperan lebih besar dalam arah kebijakan tata kelautan dunia. Melalui AIS Forum Indonesia secara strategis dapat mewujudkan diplomasi internasional yang bebas aktif,” jelas Sesmenko Ayodhia.

Di samping itu, Plt. Asisten Deputi (Asdep) Zona Delimitasi Zona Maritim Dan Kawasan Perbatasan, Sora Lokita (Oki) juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki peran penting dan strategis di AIS Forum, kepemimpinan Indonesia sangat dibutuhkan untuk menjembatani kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang di AIS. Posisi Indonesia memungkinkan mendorong kolaborasi yang konkret dan inklusif antar negara tanpa melihat perbedaan status ekonomi maupun luasan wilayah.

Ia juga menambahkan, apabila kerja sama dengan negara AIS berjalan baik, maka AIS dapat berperan lebih besar dalam kerja sama kelautan global, mengingat adanya keseragaman komitmen dan ciri khusus secara geografis di kancah dunia.

Indonesia berencana menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AIS Forum di Bali pada 11 Oktober 2023 yang akan dihadiri oleh kepala negara/kepala pemerintahan dari negara partisipan AIS Forum.



www.harianrakyat.com
Redaksi | Disclaimer | Dewan Pers