Jakarta, HarianRakyat - Bank Dunia telah menurunkan status Indonesia ke kelompok negara pendapatan menengah ke bawah. Meski begitu, Staf Khusus Presiden Arif Budimanta memperkirakan RI akan kembali naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas dalam waktu dekat.
Bahkan, Arif juga mengatakan Indonesia pada dasarnya tetap berkategori sebagai negara pendapatan menengah dalam klasifikasi Bank Dunia. Namun jika ingin naik kelas, maka pertumbuhan ekonomi nasional harus mencapai 5-6 persen per tahun dan pertumbuhan penduduk mencapai 1,2 persen per tahun.
"(Jika diasumsikan demikian), maka dalam waktu tidak terlalu lama yakni 1-2 tahun kedepan kita akan segera kembali masuk ke kategori upper middle income," kata Arif kepada wartawan, Kamis (8/7).
Sebagaimana diketahui, Bank Dunia kembali memasukkan Indonesia pada kelompok negara berpendapatan menengah bawah. Resesi ekonomi membuat pendapatan nasional bruto atau GNI per kapita Indonesia turun dari 4.050 dolar AS pada 2019 menjadi 3.870.dolar AS.
RI turun kelas usai menikmati status sebagai negara berpendapatan menengah ke atas sejak 2019. Saat itu, pendapatan perkapita kita (GNI per Kapita) Indonesia sebesar 4.050 dolar AS atau berada sedikit di atas batas bawah klasifikasi Bank Dunia, yakni 4.046 dolar AS.
Arif dikutip Katadata.co.id menjelaskan kontraksi ekonomi akibat pandemi Covid-19 menyebabkan pendapatan per kapita RI turun menjadi 3.870 dolar AS. "Akhirnya kembali ke kategori lower middle income," ujar Arif.
Untuk itu, penyelamatan masyarakat dan kesehatan menjadi prioritas. Jaga jarak sosial diterapkan dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga mobilitas masyarakat berkurang dan laju pertumbuhan ekonomi terkontraksi.
Ia pun memastikan, banyak negara yang mengalami penuruan GNI perkapita akibat pandemi. Beberapa yang turun dari kelas menengah ke atas menjadi kelas menengah ke bawah adalah Belize, Samoa, serta Iran.
Bahkan Iran mengalami penurunan GNI cukup dalam yakni dari 5.240.dolar AS menjadi 2.870 dolar AS.
"Ada juga beberapa negara yang turun peringkat dari high income menjadi upper middle income seperti Mauritius, Panama, Rumania," katanya.
Di luar itu, banyak negara yang juga mengalami penuruan GNI perkapita. Namun, mereka tidak berada di dekat batas klasifikasi pendapatan yang ditetapkan sehingga tak mengalami penurunan kelas.
Sementara, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman mengatakan pemerintah mempelajari dengan seksama laporan Bank Dunia. Ia pun yakin pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5-7 persen pada 2021 dengan kerja keras menangani pandemi, perlindungan sosial, dan pemulihan ekonomi khususnya UMKM.
"Sampai saat ini Presiden Jokowi masih menetapkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5-7 persen pada 2021," katanya.
Berdasarkan klasifikasi terbaru Bank Dunia yang dirilis awal bulan ini, negara yang masuk dalam kelompok pendapatan rendah memiliki GNI per kapita di bawah 1.046 dolar AS. Negara berpendapatan menengah ke bawah memiliki GNI per kapita antara 1.046 dolar AS dan 4.095.dolar AS.
Lalu, ekonomi berpendapatan menengah atas memiliki GNI per kapita antara 4.096 dolar AS dan 12.695 dolar AS. Sedangkan negara dengan ekonomi berpenghasilan tinggi memiliki GNI per kapita sebesar 12.695 dolar AS atau lebih.
Klasifikasi ini berubah dibandingkan tahun lalu saat Bank Dunia menempatkan Indonesia ke dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas. Saat itu, negara yang masuk dalam kelompok pendapatan rendah memiliki GNI per kapita di bawah 1.035 dolar AS.
Negara berpendapatan menengah ke bawah memiliki GNI per kapita antara 1.035 dolar AS dan 4.045.dolar AS. Lalu ekonomi berpendapatan menengah atas memiliki GNI per kapita antara 4.046 dolar AS dan 12.535 dolar AS. Sedangkan negara dengan ekonomi berpenghasilan tinggi memiliki GNI per kapita sebesar 12.535 dolar AS atau lebih.
Kritikan AHY
Sorotan tajam juga sebelumnya disampaikan AHY terkait dengan penurunan kategori Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah. Harusnya, kata AHY, Indonesia bisa naik kelas meski dalam kondisi dihantam Covid-19 sekalipun.
“Jangan tinggal kelas, apalagi turun kelas. Masalah gentingnya, bukan dimana status kelas kita saat ini, tapi mampukah negara ini menyelamatkan rakyatnya dari Covid?” kata AHY.
AHY berharap, pemerintah bisa mengatasi pandemi Covid-19, dalam hal ini menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia. Pasalnya, korban akibat keganasan virus corona terus berjatuhan setiap harinya.
“Hampir sekian menit sekali terdengar sirine kencang ambulans. Hampir sekian jam sekali terima berita duka dari yang kita kenal. Mau sampai kapan?" demikian AHY.