Pacaran, pria FR (27) cemburui Imelda (22). Alasan cemburu, karena Imelda dapat chat WA dari teman pria. Lalu, Imelda dicekik FR sampai mati, dibuang ke Kali Krukut, Depok. Motif sederhana tapi sering terjadi.
-----------
Kasus terkuak, setelah terduga pembunuh (FR) ditangkap polisi di Brebes, Senin, 4 Juli 2022.
Kapolres Depok, Kombes Imran Edwin Siregar di konferensi pers, Selasa (5/7) mengatakan:
"Jadi, setelah dibuang mayat ini, hanyut, ditemukan di Kali Krukut. Dari itu, kami melakukan pengembangan dan tertangkaplah pelaku, Senin 4 Juli 2022 malam di Brebes (Jateng)."
Senin, 27 Juni 2022 malam FR mengajak ketemu Imelda di Pancoran Mas, Depok, tak jauh dari rumah Imelda. Sebelum mereka ketemu,…
[22.00, 5/7/2022] Djono W Oesman: Prof Leahy di bukunya: "Pria yang sangat cemburu cenderung membunuh pasangannya. Sedangkan, wanita yang sangat cemburu cenderung bunuhdiri, bersama anak-anak mereka."
Seseorang yang diliputi cemburu, melihat ancaman di mana-mana. Baik pria atau wanita. Terancam kehilangan pasangan seksual, yang dirasa sebagai hak milik mereka.
Rasa terancam kehilangan seks, menimbulkan salah tafsir. Terlalu sensitif. Pasangan yang berpakaian bagus. Atau berperilaku ramah kepada lawan jenis. Sudah ditafsirkan sebagai ancaman kehilangan.
Hubungan seks bisa dicari di mana pun. Buat setiap makhluk. Tapi hubungan seks dengan orang itu, tak tergantikan, seandainya benar-benar hilang, direbut orang lain.
Kondisi psikologis kritis, terjadi pada periode 'sebelum kehilangan'. Kemudian, tensi emosi naik drastis pada periode 'menjelang kehilangan'. Memuncak pada periode 'hari-hari awal kehilangan'. Berangsur turun tensi pada bulan-bulan berikutnya. Akhirnya, hilang sama sekali emosi pada tahun-tahun dari saat kehilangan.
Teori ini tidak berlaku, atau diabaikan, oleh pelaku. Meskipun mereka paham. Sebab mereka gelap mata. Gelap hati. Rasional tidak jalan. Dan, baru tersadar pada menit-menit setelah pembunuhan terjadi.
Di kasus Imelda, tensi emosional pelaku sudah terbakar setelah membuka HP Imelda, lalu membaca chat dari nama pria.
Pelaku sudah paham, bahwa dirinya dibakar cemburu, justru secara sadar meningkatkan tensi emosi. Dengan cara, minta pembuktian, bahwa pria di chat WA tersebut memang ada. Bukan bohong-bohongan. Ya, sudah pasti ada. Tapi, belum terbukti bahwa pria di chat itu sebagai perebut.
Prof Leahy dalam bukunya mengurai, begini:
Buat pecemburu, batas antara kecurigaan orang yang cemburu dengan kenyataan dari suatu situasi, sudah kabur. Menjadi tidak jelas. Tapi, pecemburu memperlakukan pikirannya, seolah-olah kecurigaan itu adalah kenyataan.
“Kamu dibajak oleh pikiranmu. Emosi yang sangat kuat terus memicunya. "
Emosi yang kuat ini mengalahkan akal sehat pecemburu. Leahy menegaskan, pecemburu benar-benar percaya, bahwa pasangannya tidak setia.
Tahap selanjutnya, pecemburu mulai berusaha mengetahui segalanya. Terkait kecurigaan yang sudah muncul.
Caranya beragam. Memeriksa email, chat WA, medsos lain, menguntit di media sosial, "menguji" sikap pasangan, atau melakukan interogasi intens tentang apa yang telah dilakukan pasangannya. Seolah pasangan adalah milik pecemburu seutuhnya.
Setelah itu, muncul upaya untuk mengontrol perilaku pasangannya dengan ancaman, baik kepada orang yang dicintai atau kepada kenalan yang dianggap sebagai pesaing:
"Ancaman bisa bersifat psikologis. Menahan kasih sayang. Penghinaan. Ancaman untuk pergi dan membawa pergi anak. Bahkan ancaman bunuh."
“Itu bisa membuat partner menjauh. Atau tetap bertahan. Atau melakukan serangan balasan. Kecemburuan adalah emosi yang dapat mengganggu Anda, membuat teman berpisah, dan menghancurkan keluarga. Ini adalah bagian dari lagu, tragedi, dan puisi.”
Saran Prof Leahy
1) Normalkan emosi. Pikirkan tentang hubungan romantis yang pernah terjadi, dulu. Pikirkan, bagaimana Anda bertemu pasangan, dulu. Betapa romantis.
“Pahami bahwa dalam hubungan berkomitmen apa pun harus ada ruang untuk sejumlah kecemburuan.”
2) Stop memeriksa, melacak, menginternalisasi.
"Luangkan waktu 30 menit sehari untuk berfokus hanya pada kecemburuan Anda. Sebab, jika rasa cemburu diulang-ulang, bakal menimbulkan kebosanan. Tensi cemburu bakal turun."
3) Lakukan hal yang berkebalikan dari perasaan Anda. Bersikaplah positif terhadap pasangan.
"Katakan ke pasangan, begini: Saya tahu sekarang saya cemburu. Saya minta maaf sudah membuat Anda kesal. Kalau Anda mau meninggalkan saya, silakan saja."
Ucapan terakhir ini sekaligus ujian. Seandainya pasangan benar-benar pergi, maka memang tidak layak untuk dipertahankan. Kalau pun dipertahankan, hubungan kelak tidak bakal harmonis lagi.
Saran Leahy itu meminimalisir kerugian. Jika kecemburuan tidak berubah menjadi kehilangan, maka pelaku beruntung. Terhindar dari tindakan emosial. Bahkan pembunuhan.
Sebaliknya, seumpama kecemburuan terbukti jadi kehilangan, maka pecemburu hanya kehilangan satu: Pasangan seksual. Pergilah.
Tapi tidak terjadi pembunuhan. Yang berarti kehilangan dua: Dipenjara. (*)
Penulis adalah Wartawan Senior