Oleh: Djono W. Oesman

Indonesia darurat human trafficking, kata Menko Polhukam, Mahfud Md kepada pers, Selasa, 30 Mei 2023. Sejak 2020 sampai kini, 1.900 mayat WNI dipulangkan ke Indonesia. “Sangat darurat. Rata-rata sehari dua mayat korban TPPO dipulangkan ke sini,” katanya.
—--------

Human trafficking, atau Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau perbudakan.

Mahfud: "Perbudakan itu, orang diperlakukan bukan sebagai manusia. Diperas tenaganya tidak digaji. Kalau sakit, ya dibiarkan sampai akhirnya banyak yang dipulangkan (dari luar negeri). Dan lucunya misalnya orang tinggal di NTT tapi paspornya keluar di Pontianak atau di Blitar, itu jelas sindikat.”

Presiden Joko Widodo sudah bertindak, menyiapkan langkah berikut ini:

Mahfud: "Jangka pendek pemerintah, bulan Juni ini tahapan menangkap pelaku-pelaku kejahatan TPPO. Presiden menyatakan, akhir Juni ini menteri-menteri akan dipanggil lagi.”

Dilanjut: "Jangka panjang, Presiden segera memperbaharui Perpres tentang gugus tugas TPPO. Ada perubahan struktur. Kapolri akan ditunjuk menjadi ketua harian. Pelaku TPPO akan ditindak tegas.”

Akhirnya: "Presiden tadi memerintahkan kepada Kapolri, tidak ada beking-bekingan. Karena semua tindakan tegas itu dibeking oleh negara. Tidak ada beking-bekingan bagi penjahat. Beking bagi kebenaran adalah negara. Beking bagi penegakan hukum adalah negara."

Dari pernyataan itu menyiratkan, selama ini pelaku TPPO, atau orang yang menjual orang, ada bekingnya. Orang yang disebut beking tentunya ‘orang kuat’ yang selama ini tak tersentuh hukum. \Orang kuat\ itu membentuk kelompok penjahat, yang oleh Mahfud disebut sindikat.

Salah satu modus sindikat TPPO, disebutkan Mahfud, iming-ming gaji puluhan juta rupiah per bulan, jika mau calon korban mau dikirim ke luar negeri. Tapi iming-iming itu cuma tipuan. Sejatinya, para korban dijual ke anggota sindikat di luar negeri.

Korban TPPO asal Indonesia yang terkenal di Amerika Serikat (AS) adalah Shandra Woworuntu, kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 1977. Jalan hidupnya berliku. Dia korban human trafficking, diiming-iming gaji USD 5.000 per bulan pada 2001. Lalu dijadikan pelacur. Kini dia ‘orang penting’ di White House, AS.

Dikutip dari BBC, 30 Maret 2016 bertajuk: “Shandra Woworuntu: My life as a sex-trafficking victim” mengisahkan jalan hidup Shandra. Kisah itu juga disiarkan Outlook, BBC World Service, waktu itu.

Shandra cantik, berkulit putih, sarjana keuangan. Dia pegawai bank asing (Jerman) di Jakarta, jabatan analis dan trader. Pada 1998 terjadi mega krisis ekonomi Indonesia. Disusul kerusuhan Mei 1998. Semua pegawai Indonesia diberhentikan. Padahal, Shandra menghidupi satu anak perempuan, waktu itu usia tiga tahun.

Dia mencari pekerjaan. Dia ingin sekalian kerja ke luar negeri. Jepang, Hong Kong, Singapura, kalau bisa ke AS. Kebetulan, ada iklan lowongan kerja di koran. Sebuah hotel di Chicago, AS membutuhkan pekerja Indonesia.

Disebutkan, jika diterima gajinya USD 5.000 per bulan. Diseleksi ketat. Kalau sudah lolos seleksi harus bayar USD 2.700 (kurs waktu itu sekitar Rp 30 juta) untuk aneka biaya.

Shandra punya duit dari pesangon bank. Dengan perjanjian gaji segitu, dia berani gambling. Hasil tes Shandra bagus. Dia lolos seleksi, bayar USD 2.700, terima paspor dan seluruh biaya lain.

Awal Juni 2001 Shandra berangkat. Anak perempuan dititipkan Shandra ke ibunda. Dia berencana akan kerja di AS enam bulan saja, buat membesarkan puteri tunggal itu.

Tiba di Bandara John F. Kennedy, New York. Di sana dia dijemput pria bule namanya Johnny, dengan cara si Johnny membawa foto setengah badan Shandra agen di Indonesia. Tiba pula, empat wanita dan satu pria dari negara lain, yang juga dijemput Johnny. Semua paspor dan visa diminta, dipegang Johnny.

Di situ Shandra baru tahu, bahwa dari New York ke Chicago jaraknya 800 mil. Di situ dia merasa aneh, mengapa tidak langsung ke Chicago? Tapi mereka masuk dua mobil, berangkat.

Di Flushing, masih New York, dua mobil berhenti. Itu kawasan pusat bisnis. Johnny turun, masuk ke sebuah kantor, lalu keluar lagi. Memerintahkan ganti mobil. Enam orang itu masuk dua mobil, Shandra bersama dua cewek. Johnny tidak ikut.

Di situ Shandra mulai curiga. protes ke Johnny, meminta paspor dan visa. Tapi Johnny yang tinggi besar, berkilah ramah: "Tenang saja... Saya ada sedikit urusan. Nanti kita ketemu di Chicago."

Dengan kecewa, sedih, takut, enam orang asing di Amerika itu terpaksa menurut. Mereka semua tanpa paspor tanpa visa. Berganti-ganti mobil sampai empat kali. Atas instruksi sopir-sopir yang membawa mereka.

Berakhir di sebuah apartemen kelas bawah di Brooklyn, masih di New York. Lima orang pekerja itu mengira, mereka sampai di Chicago. Kelak mereka tahu, apartemen itu Brooklyn di New York.

Di sana Johnny tersenyum menyerigai menyambut mereka. Shandra menggambarkan, sikap Johnny berubah dari ramah jadi main perintah, memerintahkan mereka masuk. Lima orang pekerja itu masuk apartemen, lalu dipencar. Shandra dikawal dua pria tegap berpistol. Salah satunya berpakaian polisi.

Shandra digiring masuk kamar. Lalu diberi penjelasan, bahwa Shandra berutang USD 30.000. Belum sempat Shandra protes, pria berpistol itu menjelaskan, untuk membayar utang, Shandra harus melayani seks pria pelanggan, yang tarif sekali layanan USD 100, langsung dibayarkan pelanggan ke pria tersebut.

Jadi, Shandra tidak terima duit dari pelanggan, kecuali kalau ada uang tips. Tapi dia boleh tinggal di situ dan diberi makan. Dilarang keluar dari apartemen. Paspor dan visa  dibawa Johnny, entah ke mana.

Di saat Shandra menangis, dia mendengar suara wanita menjerit kesakitan di kamar lain. Shandra diajak pria itu keluar kamar, lalu dibukakan kamar tempat wanita menjerit. Ternyata ada seorang gadis Asia, usia sekitar 15 telanjang, disiksa dipukuli tongkat bisbol.

Sejak itu, Shandra terpaksa melayani seks para pelanggan. Satu demi satu. Juga dicekoki narkoba, jika menolak dipukul tongkat bisbol.

Dia teler dan dijadikan pelacur. Pembelinya aneka bangsa, sebagian pria negro. Setiap selesai melayani, dia lapor ke germo untuk dicatat, dikalkulasi sisa utang. Mental Shandra hancur di titik nadir.

Pada seri ke-2 yang dimuat besok, tergambarkan drama hidup Shandra berbalik drastis. Dari kondisi begitu, jadi orang penting di Gedung Putih, Washington DC. Tunggu sambungannya. (*)



www.harianrakyat.com
Redaksi | Disclaimer | Dewan Pers