Jakarta, HARIANRAKYAT - Memperhatikan dinamika dan drama politik belakangan ini yang tampak mengguncang nurani publik di Tanah Air, maka Ketua Umum Relawan MITRA GANJAR Goris Lewoleba bersama Sekjen Harry Abe, berserta Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pembina Relawan MITRA GANJAR beranjangsana dan beraudiensi dengan Wantimpres Sidarto Danusubroto, Politisi paling senior di Indonesia yang masih aktif berkarya demi bangsa dan negara.
Dikatakan demikian, karena Sidarto Danusubroto yang juga merupakan Ajudan Terakhir dari Presiden Republik Indonesia yang Pertama, Ir. Soekarno, yang saat ini berusia 87 tahun, tetapi pandangan dan pemikirannya mengenai masalah sosial politik dan kemasyarakatan di Indonesia tampak masih sangat otentik dan relevan dengan dinamika politik mutakhir.
Dengan demikian maka, dapat dikatakan bahwa, Sidarto Danusubroto merupakan politisi segala zaman, dari zaman Soekarno di Orde Lama, Zaman Soeharto di Orde Baru, sampai pada era Reformasi pada zaman Gus Dur, Presiden Megawati, Presiden SBY hingga Presiden Jokowi.
Sehubungan dengan itu, melalui referensi pengalaman hidup yang panjang dan berliku dalam bidang Politik di Indonesia, maka Wantimpres Sudarto Danusubroto memberikan pesan kepada Relawan MITRA GANJAR agar dapat mengedukasi masyarakat di Akar Rumput untuk dapat melakukan pilihan terhadap pemimpin secara tepat dalam Pilpres 2024 nanti.
Hal yang perlu diperhatikan adalah agar masyarakat Indonesia dapat memilih Pemimpin, dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden yang memiliki rekam jejak yang baik demi kepentingan masyarakat bangsa dan negara Indonesia.
Pilihlah Pemimpin dan atau Presiden dan Wakil Presiden yang tidak menggunakan sentimen agama, ras dan antar golongan, apalagi melakuan politisasi agama untuk mencapai kemenangan politik demi kepentingan kelompok dan golongannya sendiri.
Demikian juga, hendaklah Relawan MITRA GANJAR berupaya untuk melakukan sosialisasi Calon Presiden dan Wakil Presiden yang memiliki Visi dan Misi yang jelas demi kepentingan masyarakat bangsa dan negara, dan terutama juga menyadarkan masyarakat untuk tidak memilih Presiden dan Calon Wakil Presiden yang didukung oleh kaum Intoleran Radikalis dan berbasis politik identitas.