Jakarta, HARIANRAKYAT -- Konsultan manajemen global independen, Oliver Wyman, pada hari ini, Rabu (6/12), merilis laporan tentang dampak terkini kebijakan Merdeka Belajar dan peran teknologi dalam transformasi ekosistem Pendidikan Indonesia.
Dalam Laporan Dampak Peran Teknologi dalam Transformasi Pendidikan Indonesia, Oliver Wyman mencatat bahwa gerakan Merdeka Belajar telah menghasilkan hasil yang menjanjikan berkat ekosistem digital yang dikembangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dalam riset ini, Oliver Wyman melakukan analisis berdasarkan survei terhadap 118.000 guru dan kepala sekolah, serta data aktual penggunaan pemanfaatan platform digital yang diluncurkan Kemendikbudristek.
Menurut Laporan Pemantauan Pendidikan Global UNESCO 2023, tiga tantangan paling penting dalam pendidikan saat ini adalah kesetaraan dan inklusi, kualitas, serta efisiensi. Analisis Oliver Wyman terhadap transformasi pendidikan di Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif peningkatan efisiensi, serta perubahan pola pikir dan perilaku di kalangan pelaku pendidikan.
Dalam penelitiannya Oliver Wyman mencatat beberapa tantangan utama dalam sistem pendidikan Indonesia yang besar dan kompleks yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan Indonesia. Pertama, kurikulum "one-size-fits-all" menyebabkan kurangnya kesadaran di antara kepala sekolah tentang pentingnya menyesuaikan strategi pembelajaran dengan keadaan sekolah. Kemudian, mentalitas "zona nyaman" yang menghambat motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Terakhir, akses pelatihan berkualitas yang terbatas karena distribusi letak fasilitas pelatihan guru yang belum merata dan sistem pengelolaan pelatihan yang terdesentralisasi menyebabkan terbatasnya kuota pelatihan.
Menyikapi berbagai tantangan tersebut, Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar, kebijakan komprehensif yang bertujuan untuk mentransformasi sistem pendidikan Indonesia. Kemendikbudristek mengimplementasikan kebijakan tersebut dengan membangun dan mengembangkan ekosistem produk teknologi, seperti Platform Merdeka Mengajar (PMM), Rapor Pendidikan, ARKAS, dan SIPLah. Selama kurang dari dua tahun, platform tersebut secara terintegrasi telah menjadi bagian dari penunjang operasional dan aktivitas pembelajaran bagi lebih dari 3 juta guru di Indonesia.
"Ada pergeseran global yang menuju digitalisasi dan membuat pendidikan lebih cerdas. Meskipun tujuan umum untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam reformasi pendidikan serupa secara global, negara berkembang menghadapi tantangan unik. Negara berkembang perlu fokus pada mengkontekstualkan strategi serta memprioritaskan kebutuhan yang paling mendesak. Dalam hal ini, Indonesia dengan gerakan Merdeka Belajar menuju arah yang benar," kata Claudia Wang, Partner dan Asia Pacific Education Practice Lead, Oliver Wyman.
Pada 2019, dari sekitar 3 juta guru di Indonesia, hanya sekitar 620 ribu (~20%) yang mengikuti pelatihan kompetensi guru karena keterbatasan kuota. Pada November 2023 PMM berhasil meningkatkan jumlah peserta pelatihan sebanyak 4,1 juta peserta, meningkat 7 kali lipat dibandingkan tahun 2019. Lalu, lebih dari 40% atau 80 ribu guru di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) telah menggunakan aplikasi tersebut untuk mengakses materi pembelajaran berkualitas. Hal ini menyebabkan pergeseran budaya di kalangan pelaku pendidikan di seluruh negeri menuju mentalitas pembelajar sepanjang hayat dan fokus untuk memberikan pembelajaran berkualitas bagi murid. Pergeseran paradigma juga terjadi di Kemendikbudristek dalam pengembangan ekosistem produk teknologi yang berorientasi pengguna dan terintegrasi.
PMM telah membantu meningkatkan keterampilan belajar mengajar guru-guru di Indonesia, dengan 84 persen memanfaatkannya untuk aktivitas terkait pembelajaran, seperti Pelatihan Mandiri dan webinar. Fitur Pelatihan Mandiri mencatat 4,1 juta peserta antara 2022 hingga 2023, hampir tujuh kali lipat dari jumlah peserta pelatihan tatap muka selama 2019.
Platform Rapor Pendidikan telah digunakan oleh 95 persen sekolah di seluruh Indonesia, dan lebih dari 60 persen telah mulai menggunakan data pendidikan dan hasil penilaian untuk membantu perencanaan kegiatan tahunan sekolah. Pendekatan pengambilan keputusan berbasis data ini menjadi langkah perubahan signifikan dari ketergantungan pada bukti anekdotal di tahun-tahun sebelumnya.
ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) dan integrasinya dengan SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah) memainkan peran penting dalam membantu guru meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaporan anggaran sekolah, manajemen, dan pengadaan. Sekitar 75 persen responden dari semua wilayah mengakui kemampuan platform dalam menyederhanakan proses dan menghemat waktu. Selain itu, 45 persen responden menyatakan bahwa mereka menggunakan waktu yang dihemat untuk fokus pada peningkatan kualitas pengajaran dan meningkatkan proses pengajaran di sekolah mereka.
"Kami di Kemendikbudristek selalu meyakini peran teknologi sebagai enabler. Teknologi tidak akan menggantikan peran guru, tendik, dan kepala sekolah. Teknologi kita manfaatkan dalam dunia pendidikan untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia dalam mengakselerasi perubahan ke arah yang lebih baik," kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek RI), Nadiem Anwar Makarim optimistis.
Keyakinan tersebut memicu perubahan dalam proses pengembangan teknologi pemerintah, menghasilkan pendekatan yang lebih berorientasi pada pengguna. Awalnya, model kerja samanya berbentuk linear, di mana produk dikembangkan oleh vendor berdasarkan permintaan dan masukan Kemendikbudristek. Saat ini, semua proses perancangan produk teknologi melibatkan kolaborasi yang erat antara Kemendikbudristek dengan pemangku kepentingan. Dengan model baru ini, pengembangan produk-produk teknologi dilakukan melalui proses dialog guna mendefinisikan kebutuhan pengguna, serta proses yang organik dan iteratif dalam pengembangan hingga distribusi untuk setiap produk.
Gerakan Merdeka Belajar telah menghasilkan hasil yang menjanjikan, meskipun sistem pendidikan Indonesia besar dan bersifat heterogen. Salah satunya ditunjukkan melalui capaian PISA 2022 Indonesia yang menunjukkan kenaikan posisi 5 sampai 6 di bidang literasi. Strategi reformasi dan teknologi yang dilakukan Indonesia telah berada di jalur yang benar, sehingga diperlukan keberlanjutan perubahan untuk mencapai transformasi sebenarnya. "Agar hasil jangka menengah dapat tersolidifikasi dalam jangka panjang, dibutuhkan ketekunan dan kesabaran," tambah Wang.